Powered by Blogger.

Biografi Orientalis "Penakluk Aceh" Christian Snouck Hurgronje (1857-1936) Part 5

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Monday, October 1, 2012 | 11:09

Spion Intelektual
 
Di negeri Beianda sekali pun, ajaran mikul duwur mendem jero ternyata diamalkan oleh sebagian ilmuwan Belanda, baik angkatan tuanya seperti F. Schroder dan L.l Graaf maupun yang lebih muda seperti W.G.J. Ramelink. Karena itu ketika Van Koningsveld (VK) untuk pertama kalinya pada tanggal 16 November 1979 merobek topeng intelektual Snouck Hurgronje (SH), timbul polemik sengit sepanjang tahun 1980 - 1981 dalam pelbagai media massa Belanda.

VK sebagai sarjana ahli bahasa Arab dan keislaman yang lahir pada  tahun 1943, berasal dari almamater yang sama dengan Snouck Hurgronje (SH) yakni Universiteit Kerajaan Leiden. Seperti diketahui, Snouck Hurgronje (SH) -1857-1936- selama 17 tahun, 1869-1906, menjadi penasehat Islam pemerintahan Hindia Belanda. Selama itu SH bertindak selaku arsitek "politik Islam" Hicdia Belanda. Staatblad-staatblad yang dikeluarkan pemerintah jajahan "Perkara boemipoetera jang bersangkoetan dengan agama Islam" di sepanjang dasawarsa (akhir) abad ke 19 dan abad ke-20 sebelum masa Jepang, berasal dari pemikiran SH yang intinya menjadikan Islam sebagai agama "ibadat"  saja (Islam itu cukup di masjid saja)

Dan dengan politik asosiasie, SH menginginkan secara kultural boemipoetera beroreintasi kepada Belanda, "...cukup dengan kesatuan budaya antara kawulanegara Ratu Belanda di Pantai Laut Utara dan di Insulinde," sebagai cara untuk memecahhkan masalah Islam Belanda, kata SH dalam Nederland en de Islam. Semua peran yang dibawakannya ini, termasuk dalam Perang Aceh, meninggalkan luka bernanah pada relung hati umat Islam, sampai kini.

Lewat penelitian yang mendalam, sejumlah dokumen, baik Verslaag, catatan SH, surat-surat dari dan untuk SH, kepustakaan, dan wawancara, VK menuliskan kesimpulannya tentang SH dalam tujuh artikel yang dikumpulkan dalam buku ini.

Seperti yang diungkapkannya sendiri, minat meneliti SH bermuIa dari rasa ingin tahu remaja yang masih duduk di bangku sekolah lanjutan terhadap SH yang namanya ketika itu sudah didengarnya.

Dalam artikel-artikel yang ditulisnya, Van Koningsveld (VK) berkesimpalan bahwa SH adalah seorang ilmuwan yang tidak dapat dipercaya kejujurannya. Van Koningsveld (VK) membuktikan bahwa bagian kedua buku Mecca, in the letter part of the 19 th, century, seratus halaman di antaranya merupakan jiplakan mentah-mentah laporan pembantunya, Aboebakar Djajadiningrat, yaitu paman Husein Djajadiningrat, tanpa disebut namanya satu kali pun dalam buku ini. Juga foto ilustrasi dibuat oleh Abdul Gaffar, tabib terkenal di Mekkah, sedangkan SH dalam buku itu membubuhi namanya sendiri sebagai pembuat foto.

Kelancangan lain adalah SH mengaku menulis 1.500 pepatah Arab, padahal itu merupakan salinan pepatah Mesir yang dibuat seorang ulama bernama Abdurahman Effendi. Sementara itu, karya lain SH berjudul The Atjehers merupakan bentuk kelancangan lain. Di samping buku ini. SH menulis Verslag yang antara lain SH menulis bahwa manusia Aceh sebagai biadab, kotor, dan suka berhubungan seks liar.

Maka bagi yang mau belajar, salah satu tanda kebenaran seseorang adalah jejak-jejak tulisannnya dan coba bertanya yang mendalam tentang buku-buku yang ditulisnya, ada satu keadaan dimana yang  bersangkutan akan menjawab dengan tidak memuaskan atau dengan jawaban yang melenceng dari isi pertanyaan atau enggan memasusi situasi tanya jawab dengan berbagai alasan.

Sejak kunjungan ke Mekkah tahun 1883 SH telah membawa tugas politik, karena perjalanannya itu diatur dan diongkosi oleh pemerintahan kerajaan Belanda. Sejak di Mekkah, SH telah menyiapkan konsep "anti gerilya" melawan Aceh. Ia tinggal bertetangga dengan pemukiman orang Aceh di Mekkah. Dari tempat ini SH mulai memelihara akses dengan pribumi, seperti Hassan Mustafa, yang kelak menjadi informan pentingnya. SH sendiri pada 1 April 1889 tiba di Penang, dan bergaul dengan pelarian Aceh, dan dari sini berusaha memasuki Aceh secara gelap. Pemerintah Hindia Belanda menolak "operasi intelijen" ini. Akhirnya SH langsung berlayar ke Jawa.

VK berpendapat, bukan Jenderal Van Heuz sebagai penakluk Aceh, tetapi justeru SH sendiri. Di antara tahun 1898­-1902, SH melakukan perjalanan ke Aceh sebanyak tujuh kali dan menghabiskan waktu berdiam sebanyak 33 bulan. Selama itu SH mengambil bagian dalam sejumlah operasi militer, termasuk memimpin suatu dinas intelijen avan la lettre (secara tidak resmi). Hasilnya SH berjaya menawan 100 orang pejuang  Aceh. Sumbangan terpenting SH dalam penumpasan Aceh adalah merekonstruksi peta daerah Gayo yang berbukit­-berlembah berdasar informasi seorang cecunguk bernama Djambek alias Nyak Puteh yang menjadi pembantunya. Berdasarkan peta yang dibuat SH, Jenderal Van Daalen melumpuhkan perlawanan Aceh di sini.

SH tidak akan berhasil dalam misinya yang tidak terungkap sampai terakhir ia berada di Indonesia, tanpa bantuan orang pribumi seperti Habib Abdurrahman Al Zahir, Aboebakar Djajadiningrat, Hasan Mustafa, Habib Osman bin Jahja, Tengku Nurdin, dan Djambek. Orang-orang ini dengan setia membantu dan membala (tentunya tanpa disadari oleh para tokoh tsb) dari misi spionase SH yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Yang tidak kalah pentingnya adalah perilaku Izharul Islam, berpura-pura Islam, yang dilakukan SH dalam rangka participating observation terhadap Islam, termasuk mengawini dua perempuan pribumi putri penghulu terkemuka. Bagi para penyusup, menikah dengan tokoh/aktif islam adalah semacam teori keharusan agar misinya benar-benar sulit dibongkar secara logika. Pernikahan ini tak pernah diakuinya pada kalangan kulit putih, termasuk kepada puteri Belandanya sendiri, sampai saat menjelang maut.

Izharul Islam sebagai "sarana riset" dilakukan SH, Seperti halnya Wyne Sergean kawin dengan Obahorok, dari Lembah Baliem, Irian Jaya, ketika yang bersangkutan meneliti perilaku seks suku terasing.

Dengan penelanjangan habis-habisan terhadap SH, tidak mengherankan VK menerima tuduhan berpaham nasionalisme Arab. Sebenarnya apa sih, motif VK sehingga tega. larane (tapi juga) tega patine terhadap SH.

0 comments:

Post a Comment